efek

Minggu, 14 Juli 2013

PAHLAWAN KEHIDUPAN


Khusnudhon Ilahi..Demi sebuah tugas mulia yang ku emban. ku rela membagi kasih..Dan menduakan keluarga yang dicinta..Mengabdikan diri dengan sepenuh hati..untuk melahirkan CUCU SANG ADAM
Selasa, 26 Oktober 2010
KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER I,II,III
ANEMIA

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Ukuran hemoglobin normal
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia
- Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan.
- Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

B. PENYEBAB
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
* Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
* Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia

C. GEJALA
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. D. DIAGNOSA
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.
Persentase rel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan.
Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

E. FREKUENSI
Frekuensi kehamilan cukup tinggi, yaitu 10 – 20%.
Frekuensi anemia dalam kehamilam di Indonesia.
Hoo Swie Tjiong (1962) : 18,5%.
Njo Tiong tiat dan Poerwo Soedarmo (1975): 16,1% pada Wulan I dan 49,9% pada triwulan II.

ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

F. PENGARUH ANEMIA TERHADAP KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.
4. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
5. Syok
6. Afibrinogemia dan hipofrinogenemia.
7. Infeksi Intrapartum dan dalam nifas.
8. Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.

G. PENGARUH ANEMIA TERHADAP HASIL KONSEPSI
Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :
1. Kematian mudigah (Keguguran).
2. Kematian janin dalam kandungan.
3. Kematian janin waktu lahir (stillbirth),
4. Kematian perinatal tinggi,
5. Prematuritas.
6. Dapat terjadi cacat-bawaan.
7. Cadangan besi kurang.

H. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
3. Anemia hipoplastik (8,0%)
4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
1. Anemia defisiensi besi
Anemiaa jenis ini biasanya berbentuk ormositik dan hipokromik serta paling banyak dijumpainya. Penyebabnya telah dibicarakan diatas sebagai penyebab anemiaa umumnya.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
FNB Amerika Serikat (1958) = 12 Mg – 15 mg – 15 mg.
LIPI Indonesia (1968)= 12 mg – 17 mg – 17 mg.
2. Anemia megaloblastik
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan :
Asam tolik 15 – 30 / hari.
Vitamin B12 3 x 1 tablet perhari.
Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari.
Pada kasus berat dan pengobatan oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia hipoplasti
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan.
Darah tepi lengkap.
Pemeriksaan fungsi sternal.
Pemeriksaan retikulosif, dan lain-lain.
Terapi dengan obat-obatan dan memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.
4. Anemia hemolitik
[‘Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari perbuatannya ini dapat disebankan oleh :
a. Faktor intra korpuskuler: dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, tala semia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobinopati C, D, G, H, I, dan paraksimal hokturnal hemoglobinuria.
b. Faktor ekstra korpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan, leukimia, penyakit hodgkin, dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.



HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Dasar teori
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)

Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :
1. faktor predisposisi :
a. Primigravida
b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa
2. Faktor organik :
a. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
b. Perubahan metabolik akibat hamil
c. resistensi yang menurun dari pihak ibu.
d. Alergi
3. faktor psikologis :
a. Rumah tangga yang retak
b. Hamil yang tidak diinginkan
c. takut terhadap kehamilan dan persalinan
d. takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
e. Kehilangan pekerjaan



C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.


D. Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi :
1. Tingkatan I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri
karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkatan II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun

c. Liver
1) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkatan III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
1) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus

Sabtu, 21 April 2012
makalah hyperemesis gravidarum,abortus dan anemia

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
            Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa kehamilan adalah salah satu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon ibu dan bayi yang di kandungnya membutuhkan gizi yang cukup banyak. (Depkes RI, 2004).  Kekurangan gizi pada pertumbuhan janin akan mengakibatkan beberapa keadaan seperti Kekurangan Energi Protein (KEP), anemia.
            Salah satu komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin adalah Hyperemesis Gravidarum dimana kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I sekitar 60 – 80 % pada primigravida dan 40 – 60 % pada multi gravida (Wiknjosastro, 2006).
            Mengingat bahaya Hyperemesis Gravidarum yang cukup banyak dan sering tidak diketahui dan diperhatikan ibu hamil karena dianggap sebagai hal yang wajar pada kehamilan muda dan tanpa disadari komplikasi tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin bahkan dapat menyebabkan kematian ibu.
            Tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah di Indonesia yang diperkirankan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Oleh karena itu, penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka panjang.
            Salah satu sasaran yang ditetapkan pada Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah, sebagai gambaran indeks pembangunan manusia Indonesia. Angka Kematian Ibu di Indonesia paling tinggi di Asia tenggara 307/100.000 kalahiran. Sementara Indonesia menetapkan target AKI 125/100.000 pada 2015. Karena itu, profesi bidan dalam pelayanan kesehatan sangat penting terutama pada kehamilan yaitu mempersiapkan fisik dan mental ibu dan pasangannya dalam menghadapi persalinan dan kehadiran bayi di tengah-tengah keluarga, dengan menggunakan manajemen kebidanan yaitu, metode pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak mencakup pemberian asuhan kepada individu, keluarga dan masyarakat serta menekan Angka Kematian Ibu tersebut.
       Angka kematian ibu (kematian ibu yaitu sejak masih hamil sampai 42 hari setelah persalinan) menurut  WHO diperkirakan paling sedikit 600.000 ibu meninggal per tahun. Kematian ini merupakan akibat langsung dari kehamilan dan persalinan. Di Indonesia masih terdapat 18.000 ibu yang meninggal setiap tahun akibat komplikasi hamil dan melahirkan. Dari hasil penelitian yang di lakukan  di seluruh dunia bahwa 99 % dari seluruh kematian ibu terjadi di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia, dan bagi Negara maju pesat maka kematian ibu sangat sedikit atau hampir tidak ada. Hal ini memberi kejelasan bahwa setiap kematian ibu sesungguhnya dapat dihindari atau dicegah.
       Penyebab utama kematian ibu di Indonesia: perdarahan sebanyak 45,2 %, eklampsia 12,9 %, komplikasi aborsi 11,1 %, sepsis post partum 9,6 %, persalinan 6,5 % anemia 1,6 % lain- lain termasuk penyebab tak langsung 14,1 %.
       Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil adalah masalah besar di Negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25 – 50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan.  Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas utama wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 580.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin (Saifuddin A. B, 2000).
       Sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan pedoman operasionalisasi strategi antara lain adanya Making Pregnancy Safer (MPS), yang merupakan salah satu strategi nasional agar kehamilan dan persalinan berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan sehat (Saifuddin A. B, 2000).





1.2  Rumusan masalah
Ruang lingkup permasalahan yang di paparkan dalam makalah ini meliputi :
·         Apa definisi dari hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus ?
·         Apa penyebab atau etiologinya ?
·         Apa manifestasi klinis pada penderita  hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus?
·         Bagaimana penatalaksana penderita hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus?
·         Bagaimana diagnostic penderita hyperemesis gravidarum, anemia dan abortus?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang asuhan kebidanan dengan komplikasi, kelainan, penyakit dalam masa kehamilan trimester I dan II selain itu untuk mengetahui penyebab dan gejala yang ditimbulkan oleh penderita.
1.4 Manfaat penulisan
    1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menjadi kepustakaan untuk penyusunan karya ilmiah lainnya.
    1.4.2  Bagi mahasiswa

1.      Agar dapat menambah wawasan mengenai anemia kehamilan, hyperemesis gravidarum dan abortus pada wanita sehingga dapat menerapkan dilapangan.
2.      Agar dapat meningkatkan pengetahuan bagi calon tenaga bidan (mahasiswa kebidanan) yang nantinya dapat menjadi bekal ilmu untuk bekerja secara professional sebagai tenaga paramedis.
1.5 Metode penulisan
Metode pengumpulan data yang kami gunakan yaitu dengan metode kepustakaan yaitu dengan membaca dan mengutip dari beberapa buku serta mengunduh  gambaran dari internet yang berhubungan dengan anemia kehamilan, hyperemesis gravidarum dan abortus.
Bab II
Tinjauan Teori
HYPEREMESIS GRAVIDARUM
A.    Definisi
Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Sinopsis Obstetri : 195)
Hyperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana seorang dimana seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan yang diminum sehingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang, timbul aseton dalam kencing (Manuaba, 1998).
B.     Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Beberapa faktor yang telah ditemukan yaitu :
a.       Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon khoroniak gonadotropin dibentuk berlebihan.
b.       Faktor organik masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini merupakan faktor organik. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anaknya juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
c.       Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Wiknjosastro, 2005).
d.      Hubungan psikologik dengan Hyperemesis Gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah (http//www.medika.blogspot.com. Diakses 27 Mei 2011).
e.        Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain – lain
C.     Gejala dan tingkat
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bisa lebih dari 10x muntah, akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis
a.       Tingkat I : ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan   turun dan rasa nyeri diepigastrium, nadi sekitar 100x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung
b.      Tingkat II : sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat pula terjadi asetonuria dan dari nafas keluar bau aseton
c.       Tingkat III : berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik dan tensi turun sekali, ikterus, komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada susunan saraf pusat (ensefalopati wernikel) dengan adanya : nistagmus, diplopia, perubahan mental
D.    Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ – organ tubuh sebagai berikut :
a.       Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis
b.      Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa, kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial
c.       Otak : terdapat bercak perdarahan pada otak
d.      Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuh kontorti

E.     Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung (Wiknjosastro, 2005).
Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita sebelum kehamilan yang sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Wiknjosastro, 2005).
 Hyperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton - asetik, asam hidroksi buitirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida kemih. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jantung berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung dengan akibat perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

F.      Diagnosis Hyperemesis Gravidarum
Menetapkan kejadian Hyperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu, Hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adequate (Manuaba, 1998).
Adapun diagnosa lain dari Hyperemesis gravidarum yaitu :
a.       Amenorhoe yang disertai muntah yang hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus yang hebat. (Wiknjosastro, 2005).
b.       Fungsi vital
Nadi meningkat 100 kali/menit, tekanan darah turun, pada keadaan berat subfebris dan gangguan kesadaran (apatis/koma).
c.       Fisik
Pada keadaan berat kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan turun, vaginal thoucher portio lunak, uterus besar sesuai kehamilan.

G.    Penatalaksanaan Hiperemesisi Gravidaeum
a.       Penanganan
1.      Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu – ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut, juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit – sedikit namun sering, jangan tiba – tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, defekasi hendaknya diusahakan teratur
2.      Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan B6), anti muntah (mediamer B6, drammamin, avopreg, avomin, torecan), antasida dan anti mulas
3.       Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap dirumah sakit :
a.       Kadang – kadang pada beberapa wanita hanya tidur dirumah sakit saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya
b.       Isolasi, jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah
c.       Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan
d.      Penambahan cairan. Berikan infuse dekstrosa / glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam
e.       Berikan obat – obatan seperti telah dikemukakan diatas
b.      Pengobatan (Manuaba, 1998).
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar